NU Bukan Sekedar Organisasi, Melainkan Peradaban: Refleksi Pernyataan Gus Yahya

JAKARTA -  Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, melontarkan pernyataan yang menggetarkan hati para nahdliyin di seluruh Indonesia. Dalam pidato pelantikan Pengurus Wilayah (PWNU) Kepulauan Riau, Gus Yahya menegaskan bahwa NU bukan sekadar organisasi, melainkan sebuah peradaban.

Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Gus Yahya memaparkan dua dimensi penting NU: dimensi jam'iyyah atau keorganisasian dan dimensi jamaah atau keikutsertaan masyarakat dalam ber-NU. Dimensi jam'iyyah mencakup struktur organisasi yang rapi dan sistematis, mulai dari pengurus besar di tingkat pusat hingga pengurus ranting di desa-desa.

Namun, yang lebih menarik adalah dimensi jamaah. Gus Yahya mengungkapkan fakta unik bahwa NU tidak pernah melakukan pendaftaran anggota secara nasional. Upaya sporadis untuk mencetak kartu anggota pun selalu menemui kendala.

Meski demikian, survei menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai warga NU. Lembaga survei Indikator menemukan bahwa 51 persen penduduk Indonesia mengaku sebagai warga NU, LSI Denny JA mencatat 56,9 persen, dan Litbang Kompas bahkan mencapai 61 persen.

Fakta ini diperkuat oleh pengalaman Gus Yahya sendiri. Dalam pidatonya, beliau mengaku telah berkeliling di banyak tempat, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Di mana pun beliau berada, selalu ada orang-orang yang datang dan mengaku sebagai warga NU.

"Sekali orang merasa NU sampai ke mana pun juga di ujung dunia ini tidak akan pernah hilang jati dirinya sebagai warga Nahdlatul Ulama, karena NU telah menjadi urwatul wutsqo, telah menjadi tali yang kuat yang tidak bisa putus," ungkap Gus Yahya.

Pernyataan Gus Yahya bukan hanya sebuah retorika indah. Beliau melihat NU bukan sekadar kumpulan orang dengan struktur organisasi yang rapi, tetapi sebuah komunitas yang memiliki ikatan kuat dan rasa memiliki yang mendalam. NU telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan di berbagai penjuru dunia.

Apa yang Membedakan NU dengan Organisasi Lain?

Pernyataan Gus Yahya memicu pertanyaan: apa yang membedakan NU dengan organisasi Islam lainnya?

Salah satu jawabannya adalah pendekatan NU yang moderat dan inklusif. NU selalu berusaha untuk menjembatani perbedaan dan membangun dialog antarumat beragama. Hal ini tercermin dalam sejarah panjang NU yang selalu mengedepankan toleransi dan perdamaian.

Selain itu, NU memiliki akar yang kuat di masyarakat. NU hadir di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pesantren, sekolah, rumah sakit, hingga organisasi massa. Hal ini membuat NU memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Tantangan dan Harapan

Meskipun NU telah mencapai banyak hal, masih banyak tantangan yang harus dihadapi di masa depan. Salah satu tantangan utama adalah menjaga identitas NU di tengah arus globalisasi dan modernisasi.

NU harus terus beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai luhur yang menjadi fondasinya.

Di sisi lain, NU juga harus terus berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara. NU memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan positif di Indonesia dan di dunia.

Pernyataan Gus Yahya tentang NU sebagai peradaban merupakan pengingat bagi kita semua. NU bukan hanya sebuah organisasi, tetapi sebuah komunitas yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa dan umat Islam.

sumber: NU Online

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "NU Bukan Sekedar Organisasi, Melainkan Peradaban: Refleksi Pernyataan Gus Yahya"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.