Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan bahwa Islam secara sah mendukung Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR). Menurutnya, dasar ini dapat ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits. Gus Yahya menyampaikan pandangannya saat berbicara di Universitas Princeton, Amerika Serikat, dalam acara tentang masa depan UDHR.
Gus Yahya menekankan bahwa UDHR merupakan realisasi dari visi peradaban yang seharusnya dikejar oleh masyarakat, agama, dan negara di seluruh dunia. Dalam perspektif Islam, dia menjelaskan bahwa Al-Qur’an menyatakan bahwa Nabi Muhammad diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, menunjukkan perjuangannya untuk membangun masyarakat yang adil, setara, dan damai.
Melihat sejarah Nabi Muhammad, terutama saat hijrah dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M, Gus Yahya merujuk pada Piagam Madinah. Piagam tersebut dibuat oleh Nabi Muhammad untuk menjamin hak-hak penduduk Muslim, Kristen, dan pagan di Madinah, dengan tujuan mengakhiri konflik suku yang telah lama memecah belah masyarakat.
Dalam konteks dunia modern, Gus Yahya juga menyebut bahwa Perang Dunia II dan ancaman bencana nuklir membentuk momentum untuk membangun konsensus baru, menghasilkan Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Baginya, kedua dokumen tersebut mirip dengan Piagam Madinah yang lahir 1.400 tahun yang lalu, dengan prinsip persamaan hak sebagai dasar bagi perdamaian dan stabilitas internasional.
Gus Yahya berharap bahwa keselarasan ajaran agama dengan konsensus internasional dapat memobilisasi komunitas untuk menciptakan dunia yang menghormati persamaan hak dan martabat setiap individu. Menurutnya, menyelaraskan ajaran agama dengan konsensus internasional setelah Perang Dunia II adalah langkah penting untuk membangun tatanan dunia yang lebih adil dan harmonis, berdasarkan penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat setiap manusia.
Disadur dari NU Online