| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata | Arti Kata |
| الباب | Isim, Mudhaf | Bab |
| الأول | Na’at (sifat) dari الباب | Pertama |
| في | Huruf Jar | Tentang |
| فضل | Isim, Mudhaf | Keutamaan |
| العلم | Isim, Mudhaf Ilaih | Ilmu |
| والتعليم | Huruf Athof (dan), Isim Ma’thuf dari فضل العلم | Dan Pengajaran |
| والتعلم | Huruf Athof (dan), Isim Ma’thuf dari فضل العلم | Dan Pembelajaran |
| وشواهده | Huruf Athof (dan), Isim Ma’thuf dari فضل العلم, Mudhaf, dan Ha’ dhamir Mudhaf Ilaih | Dan Dalil-dalilnya |
| من | Huruf Jar | Dari |
| النقل | Isim Majrur | Nash (teks keagamaan) |
| والعقل | Huruf Athof (dan), Isim Ma’thuf dari النقل | Dan Akal |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| البابُ الأوَّلُ في فَضْلِ العِلْمِ والتَّعْلِيمِ والتَّعَلُّمِ وشَوَاهِدِهِ مِنَ النَّقْلِ والعَقْلِ | Bab Pertama: Tentang Keutamaan Ilmu, Pengajaran, dan Pembelajaran, serta Dalil-dalilnya dari Nash (Al-Qur’an dan Hadis) dan Akal |
Penjelasan: Bagian ini adalah judul atau pembukaan dari suatu bab dalam kitab. Judul ini mengindikasikan bahwa bab pertama akan membahas secara mendalam tentang pentingnya dan nilai luhur dari ilmu itu sendiri, proses mengajarkan ilmu (تعليم), dan proses belajar ilmu (تعلم). Hal yang menarik adalah penekanan pada “dalil-dalilnya dari nash (naql) dan akal (aql)”. Ini menunjukkan bahwa pembahasan tidak hanya akan didasarkan pada argumen-argumen keagamaan semata, tetapi juga akan diperkuat dengan penalaran logis dan rasional. Ini adalah pendekatan yang komprehensif dalam menjelaskan suatu topik, mencakup dimensi syariat dan juga dimensi intelektual.
| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata | Arti Kata |
| فضيلة | mubtada’ marfu’ | Keutamaan |
| العلم | mudhaf ilaih majrur | Ilmu |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| فضيلة العلم | Keutamaan Ilmu |
Penjelasan: Bagian ini adalah judul atau topik utama yang akan dibahas, yaitu tentang keutamaan ilmu. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin sangat menekankan pentingnya ilmu sebagai jalan menuju makrifatullah (mengenal Allah). Beliau memandang ilmu sebagai cahaya yang menerangi hati dan membimbing manusia kepada kebenaran, membedakan antara yang hak dan batil, serta antara yang bermanfaat dan yang mudarat. Tanpa ilmu, manusia akan tersesat dalam kegelapan kebodohan dan mengikuti hawa nafsunya.
| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata | Arti Kata |
| شواهدها | mubtada’ mu’akhkhar marfu’ | Dalil-dalilnya |
| من | harf jar | dari |
| القرآن | majrur | Al-Qur’an |
| قَوْلُهُ | khabar muqaddam marfu’ | Firman-Nya |
| عز | fi’il madhi | Maha Mulia |
| وجل | fi’il madhi | dan Maha Agung |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| شواهدها من القرآن قَوْلُهُ عز وجل | Dalil-dalilnya dari Al-Qur’an adalah firman-Nya عز وجل (Maha Mulia dan Maha Agung) |
Penjelasan: Bagian ini mengindikasikan bahwa dalil-dalil atau bukti-bukti tentang keutamaan ilmu akan diambil dari Al-Qur’an. Imam Al-Ghazali selalu mendasarkan argumen-argumennya pada dalil-dalil syar’i, baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, sebelum kemudian memperkuatnya dengan argumen akal (rasional) dan pengalaman spiritual. Ini menunjukkan metodologi ilmiah yang kokoh dalam pemikiran Islam.
| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata | Arti Kata |
| شَهِدَ | fi’il madhi | Bersaksi |
| اللَّهُ | fa’il marfu’ | Allah |
| أَنَّهُ | harf taukid wa nasb + dhamir | bahwasanya Dia |
| لَا | harf nafi jins | tidak ada |
| إِلَهَ | ism la nafi jins mabni | sesembahan |
| إِلَّا | harf istitsna’ | kecuali |
| هُوَ | dhamir munfashil | Dia |
| وَالْمَلَائِكَةُ | ma’thuf marfu’ | dan para malaikat |
| وَأُولُو | ma’thuf marfu’ | dan orang-orang yang memiliki |
| الْعِلْمِ | mudhaf ilaih majrur | ilmu |
| قَائِمًا | hal manshub | dalam keadaan menegakkan |
| بِالْقِسْطِ | harf jar + majrur | keadilan |
| فانظر | fa’ istinaf + fi’il amr | Maka perhatikanlah |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ فانظر | Allah bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, (demikian pula) para malaikat dan orang-orang yang berilmu yang menegakkan keadilan. Maka perhatikanlah. |
Penjelasan: Ayat ini (QS. Ali ‘Imran: 18) adalah dalil utama yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin untuk menunjukkan keutamaan ilmu. Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT menyebutkan orang-orang yang berilmu (أولوا العلم) bersamaan dengan Diri-Nya dan para malaikat dalam persaksian tentang keesaan-Nya. Ini adalah sebuah kehormatan dan pengangkatan derajat yang sangat tinggi bagi para ulama.
Imam Al-Ghazali menyoroti beberapa poin penting dari ayat ini:
- Penggabungan dengan Allah dan Malaikat: Penyebutan “أولوا العلم” (orang-orang yang memiliki ilmu) setelah Allah dan para malaikat dalam masalah yang sangat agung (persaksian tauhid) menunjukkan betapa mulianya kedudukan mereka. Ini adalah isyarat bahwa mereka adalah pewaris para nabi dalam menyampaikan kebenaran.
- Keterkaitan dengan Keadilan: Frasa “قَائِمًا بِالْقِسْطِ” (menegakkan keadilan) menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksud bukanlah sekadar pengetahuan teoritis, melainkan ilmu yang membuahkan amal saleh dan keadilan. Ilmu yang hakiki akan membimbing pemiliknya untuk senantiasa berlaku adil dalam segala aspek kehidupan. Al-Ghazali sering menegaskan bahwa ilmu tanpa amal adalah tidak bermanfaat, bahkan bisa menjadi hujjah (bukti) yang memberatkan di akhirat.
- Perintah untuk Merenung: Perintah “فانظر” (Maka perhatikanlah) mengisyaratkan bahwa ayat ini memiliki makna mendalam yang perlu direnungi. Perenungan ini akan membawa pada kesimpulan tentang keagungan dan kemuliaan orang-orang yang berilmu.
Dalam Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu yang membawa kepada pengenalan Allah (ma’rifatullah) dan takut kepada-Nya (khashyah). Ilmu ini akan membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji, sehingga pada akhirnya mengantarkan pemiliknya pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Ayat ini menjadi fondasi bagi pandangan Al-Ghazali tentang pentingnya ilmu dan kedudukan mulia para ulama yang mengamalkan ilmunya.