| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata (bahasa) | Arti Kata |
| وَأَمَّا | Huruf ‘wawu’ untuk permulaan kalimat, ‘amma’ adalah harf syarat tafsil (adapun) | Adapun |
| الْأَخْبَارُ | Isim, ma’rifat, marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | hadis-hadis (berita-berita) |
| فَقَالَ | Huruf ‘fa’ untuk jawaban syarat, fi’il madhi | maka bersabda |
| رَسُولُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | Rasul |
| اللَّهِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | Allah |
| ﷺ | Singkatan dari ‘shallallahu ‘alaihi wa sallam’ | Semoga shalawat dan salam Allah tercurah padanya |
| مَنْ | Isim syarat (siapa saja) | Barangsiapa |
| يُرِدِ | Fi’il mudhari’ majzum (jazm dengan sukun yang diidghamkan) | menghendaki |
| اللَّهُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), fa’il | Allah |
| بِهِ | Huruf jar ‘bi’ dan dhamir ‘hu’ | padanya |
| خَيْرًا | Isim, manshub (nashab dengan fathah), maf’ul bih kedua | kebaikan |
| يُفَقِّهْهُ | Fi’il mudhari’ majzum (jazm dengan sukun), dhamir ‘hu’ maf’ul bih | Dia akan menjadikannya paham (mendalam) |
| فِي | Huruf jar | dalam |
| الدِّينِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah) | agama |
| وَيُلْهِمْهُ | Huruf ‘wawu’ athaf, fi’il mudhari’ majzum (jazm dengan sukun), dhamir ‘hu’ maf’ul bih | dan mengilhaminya |
| رُشْدَهُ | Isim, manshub (nashab dengan fathah), mudhaf, dhamir ‘hu’ mudhaf ilaih | petunjuknya |
| (١) | Angka referensi | (1) |
| وَقَالَ | Huruf ‘wawu’ athaf, fi’il madhi | Dan bersabda |
| ﷺ | Singkatan dari ‘shallallahu ‘alaihi wa sallam’ | Semoga shalawat dan salam Allah tercurah padanya |
| الْعُلَمَاءُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), mubtada’ | Para ulama |
| وَرَثَةُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), khabar, mudhaf | adalah pewaris |
| الْأَنْبِيَاءِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | para nabi |
| (٢) | Angka referensi | (2) |
| وَمَعْلُومٌ | Huruf ‘wawu’ athaf, isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), khabar muqaddam | Dan diketahui |
| أَنَّهُ | Huruf ‘anna’ dan dhamir ‘hu’ | bahwasanya itu |
| لَا | Huruf ‘la’ nafiyah lil jinsi | tidak ada |
| رُتْبَةَ | Isim ‘la’ nafiyah lil jinsi, mabni ‘ala al-fath | kedudukan |
| فَوْقَ | Zaraf makan (di atas) | di atas |
| النُّبُوَّةِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah) | kenabian |
| وَلَا | Huruf ‘wawu’ athaf, ‘la’ nafiyah lil jinsi | dan tidak ada |
| شَرَفَ | Isim ‘la’ nafiyah lil jinsi, mabni ‘ala al-fath | kemuliaan |
| فَوْقَ | Zaraf makan (di atas) | di atas |
| شَرَفِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf | kemuliaan |
| الْوِرَاثَةِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | warisan |
| لِتِلْكَ | Huruf jar ‘li’, isim isyarah ’tilka’ | untuk itu |
| الرُّتْبَةِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), badal | kedudukan (pangkat) |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| وَأَمَّا الْأَخْبَارُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ (١) | Adapun hadis-hadis, maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan menjadikannya paham dalam agama dan mengilhaminya petunjuknya.” (1) |
Penjelasan:
Paragraf ini mengawali pembahasan tentang keutamaan ilmu dengan dalil-dalil dari hadis Nabi Muhammad ﷺ. Hadis pertama yang dikutip adalah: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Dia akan menjadikannya paham dalam agama dan mengilhaminya petunjuknya.”
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, khususnya dalam Kitab Ilmu, sangat menekankan pentingnya pemahaman agama (fiqh fid-din) sebagai tanda kebaikan dari Allah. Fiqh di sini tidak hanya berarti memahami hukum-hukum syariat secara formal, tetapi juga pemahaman mendalam tentang hakikat agama, rahasia-rahasia syariat, dan cara mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan. Beliau menjelaskan bahwa ilmu adalah cahaya yang dengannya seseorang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil, antara yang bermanfaat dan yang mudarat. Ilmu ini pula yang mengantarkan pada ketakwaan dan keikhlasan.
Dalam pandangan Al-Ghazali, orang yang diberi pemahaman agama akan mampu menata kehidupannya sesuai dengan kehendak Allah, baik dalam aspek ibadah, muamalah, maupun akhlak. Pemahaman ini akan membimbingnya menuju jalan yang lurus (rusyduhu), yaitu jalan yang diridhai Allah, menjauhkannya dari kesesatan dan kebodohan. Ini adalah anugerah terbesar dari Allah, karena kebaikan hakiki tidak lain adalah kesuksesan di dunia dan akhirat, yang keduanya hanya dapat dicapai dengan ilmu yang benar.
| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata (bahasa) | Arti Kata |
| وَقَالَ | Huruf ‘wawu’ athaf, fi’il madhi | Dan bersabda |
| ﷺ | Singkatan dari ‘shallallahu ‘alaihi wa sallam’ | Semoga shalawat dan salam Allah tercurah padanya |
| الْعُلَمَاءُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), mubtada’ | Para ulama |
| وَرَثَةُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), khabar, mudhaf | adalah pewaris |
| الْأَنْبِيَاءِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | para nabi |
| (٢) | Angka referensi | (2) |
| وَمَعْلُومٌ | Huruf ‘wawu’ athaf, isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), khabar muqaddam | Dan diketahui |
| أَنَّهُ | Huruf ‘anna’ dan dhamir ‘hu’ | bahwasanya itu |
| لَا | Huruf ‘la’ nafiyah lil jinsi | tidak ada |
| رُتْبَةَ | Isim ‘la’ nafiyah lil jinsi, mabni ‘ala al-fath | kedudukan |
| فَوْقَ | Zaraf makan (di atas) | di atas |
| النُّبُوَّةِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah) | kenabian |
| وَلَا | Huruf ‘wawu’ athaf, ‘la’ nafiyah lil jinsi | dan tidak ada |
| شَرَفَ | Isim ‘la’ nafiyah lil jinsi, mabni ‘ala al-fath | kemuliaan |
| فَوْقَ | Zaraf makan (di atas) | di atas |
| شَرَفِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf | kemuliaan |
| الْوِرَاثَةِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | warisan |
| لِتِلْكَ | Huruf jar ‘li’, isim isyarah ’tilka’ | untuk itu |
| الرُّتْبَةِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), badal | kedudukan (pangkat) |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| وَقَالَ ﷺ الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (٢) وَمَعْلُومٌ أَنَّهُ لَا رُتْبَةَ فَوْقَ النُّبُوَّةِ وَلَا شَرَفَ فوق شرف الوراثة لتلك الرتبة | Dan bersabda ﷺ: “Para ulama adalah pewaris para nabi.” (2) Dan diketahui bahwasanya tidak ada kedudukan di atas kenabian, dan tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan mewarisi kedudukan tersebut. |
Penjelasan:
Hadis kedua ini menegaskan status agung para ulama sebagai “pewaris para nabi”. Ini adalah salah satu hadis paling fundamental dalam menunjukkan kemuliaan ilmu dan ulama.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin, khususnya dalam Kitab Ilmu, secara panjang lebar menguraikan makna “pewaris para nabi” ini. Beliau menjelaskan bahwa para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham (harta benda), tetapi mereka mewariskan ilmu. Oleh karena itu, para ulama, yang mengemban dan menyebarkan ilmu tersebut, adalah pewaris sejati mereka.
Al-Ghazali menegaskan bahwa kedudukan kenabian adalah kedudukan tertinggi yang tidak ada satupun di atasnya. Mengingat para nabi adalah pembawa risalah Allah, maka orang yang mewarisi risalah tersebut (ilmu) berarti mengemban tugas yang sangat mulia. Kemuliaan ulama tidak hanya terletak pada penguasaan ilmu, tetapi juga pada pengamalan dan penyampaiannya kepada umat. Mereka adalah penerus estafet dakwah, pembimbing manusia menuju Allah, dan penjaga syariat.
Oleh karena itu, kemuliaan menjadi pewaris nabi melebihi segala kemuliaan duniawi. Al-Ghazali seringkali membandingkan kemuliaan ulama dengan kemuliaan para penguasa atau orang kaya. Beliau berpendapat bahwa kemuliaan ulama adalah abadi dan terkait langsung dengan Ilahi, sementara kemuliaan duniawi bersifat fana dan sementara. Menjadi pewaris nabi berarti diberi kehormatan untuk membawa obor petunjuk dan kebenaran yang dibawa oleh para nabi, sebuah tugas yang tak ternilai harganya.
| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata (bahasa) | Arti Kata |
| وَقَالَ | Huruf ‘wawu’ athaf, fi’il madhi | Dan bersabda |
| ﷺ | Singkatan dari ‘shallallahu ‘alaihi wa sallam’ | Semoga shalawat dan salam Allah tercurah padanya |
| يَسْتَغْفِرُ | Fi’il mudhari’ marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | Memohon ampun |
| لِلْعَالِمِ | Huruf jar ‘li’, isim majrur (jar dengan kasrah) | untuk orang alim (ilmuwan) |
| مَا | Isim maushul (apa saja) | apa yang |
| فِي | Huruf jar | di dalam |
| السَّمَوَاتِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah) | langit-langit |
| وَالْأَرْضِ | Huruf ‘wawu’ athaf, isim, majrur (jar dengan kasrah) | dan bumi |
| (٣) | Angka referensi | (3) |
| وَأَيُّ | Huruf ‘wawu’ athaf, isim istifham (mana) | Dan posisi mana |
| مَنْصِبٍ | Isim, majrur (jar dengan kasrah) | kedudukan |
| يَزِيدُ | Fi’il mudhari’ marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | melebihi |
| عَلَى | Huruf jar | atas |
| مَنْصِبِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf | kedudukan |
| مَنْ | Isim maushul (orang yang) | orang yang |
| تَشْتَغِلُ | Fi’il mudhari’ marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | sibuk |
| مَلَائِكَةُ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), fa’il, mudhaf | malaikat-malaikat |
| السَّمَوَاتِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | langit-langit |
| وَالْأَرْضِ | Huruf ‘wawu’ athaf, isim, majrur (jar dengan kasrah) | dan bumi |
| بِالِاسْتِغْفَارِ | Huruf jar ‘bi’, isim, majrur (jar dengan kasrah) | dengan memohon ampunan |
| لَهُ | Huruf jar ‘li’ dan dhamir ‘hu’ | baginya |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| وَقَالَ ﷺ يَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (٣) وَأَيُّ مَنْصِبٍ يَزِيدُ عَلَى مَنْصِبِ مَنْ تَشْتَغِلُ مَلَائِكَةُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ بِالِاسْتِغْفَارِ لَهُ | Dan bersabda ﷺ: “Apa yang ada di langit dan di bumi memohonkan ampunan bagi orang alim.” (3) Dan kedudukan mana yang melebihi kedudukan orang yang para malaikat di langit dan di bumi sibuk memohonkan ampunan baginya? |
Penjelasan:
Hadis ketiga ini menunjukkan keutamaan ulama yang luar biasa, yaitu bahwa seluruh makhluk di langit dan di bumi memohonkan ampunan baginya. Ini adalah indikasi nyata akan keberkahan dan manfaat ilmu yang universal.
Imam Al-Ghazali, dalam Ihya’ Ulumiddin, khususnya dalam Kitab Ilmu, ketika membahas keutamaan ilmuwan, sering mengutip hadis ini untuk menyoroti betapa besar penghargaan Allah dan ciptaan-Nya terhadap orang yang berilmu. Beliau menjelaskan bahwa istighfar (permohonan ampun) dari makhluk di langit dan di bumi bagi seorang alim adalah cerminan dari peran vital yang dimainkan oleh ilmuwan dalam menjaga keseimbangan alam dan membimbing makhluk menuju kebaikan.
Al-Ghazali menekankan bahwa ilmuwan, dengan ilmunya, menjadi penyebab terpeliharanya tatanan alam, terarahnya manusia kepada kebaikan, dan tersebarnya petunjuk. Ikan di laut, serangga di darat, dan bahkan malaikat di langit, semuanya merasakan manfaat dari ilmu yang dibawa dan disebarkan oleh ulama. Ketika seorang alim mengajarkan kebaikan, mengingatkan akan bahaya, atau membimbing kepada kebenaran, ia membawa rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, seluruh alam membalasnya dengan istighfar, sebuah doa keberkahan dan pengampunan.
Tidak ada kedudukan di dunia ini yang dapat menandingi kemuliaan di mana para malaikat dan seluruh makhluk Allah sibuk mendoakan pengampunan baginya. Ini menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya bermanfaat bagi pemiliknya, tetapi juga bagi seluruh eksistensi, menjadikannya sarana untuk meraih kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.
| Teks Bahasa Arab | I’rob per kata (bahasa) | Arti Kata |
| وَقَالَ | Huruf ‘wawu’ athaf, fi’il madhi | Dan bersabda |
| ﷺ | Singkatan dari ‘shallallahu ‘alaihi wa sallam’ | Semoga shalawat dan salam Allah tercurah padanya |
| إِنَّ | Huruf taukid (sesungguhnya) | Sesungguhnya |
| الْحِكْمَةَ | Isim ‘inna’, manshub (nashab dengan fathah) | hikmah (kebijaksanaan/ilmu) |
| تَزِيدُ | Fi’il mudhari’ marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | menambah |
| الشَّرِيفَ | Isim, manshub (nashab dengan fathah), maf’ul bih | orang mulia |
| شَرَفًا | Isim, manshub (nashab dengan fathah), tamyiz | kemuliaan |
| وَتَرْفَعُ | Huruf ‘wawu’ athaf, fi’il mudhari’ marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | dan mengangkat |
| الْمَمْلُوكَ | Isim, manshub (nashab dengan fathah), maf’ul bih | hamba sahaya |
| حَتَّى | Huruf jar, atau harf nashab (sampai) | sampai |
| يُدْرِكَ | Fi’il mudhari’ manshub (nashab dengan fathah) | dia mencapai |
| مَدَارِكَ | Isim, manshub (nashab dengan fathah), mudhaf | tingkatan-tingkatan |
| الْمُلُوكِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf ilaih | para raja |
| (٤) | Angka referensi | (4) |
| وَقَدْ | Huruf ‘wawu’ athaf, ‘qad’ harf tahqiq (sungguh) | Dan sungguh |
| نَبَّهَ | Fi’il madhi | Dia telah mengingatkan |
| بِهَذَا | Huruf jar ‘bi’, isim isyarah ‘hadza’ | dengan ini |
| عَلَى | Huruf jar | tentang |
| ثَمَرَاتِهِ | Isim, majrur (jar dengan kasrah), mudhaf, dhamir ‘hu’ mudhaf ilaih | buah-buahnya |
| فِي | Huruf jar | di |
| الدُّنْيَا | Isim, majrur (jar dengan kasrah muqaddarah) | dunia |
| وَمَعْلُومٌ | Huruf ‘wawu’ athaf, isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), khabar muqaddam | Dan diketahui |
| أَنَّ | Huruf taukid (bahwasanya) | bahwasanya |
| الْآخِرَةَ | Isim ‘anna’, manshub (nashab dengan fathah) | akhirat |
| خَيْرٌ | Isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah), khabar ‘anna’ | lebih baik |
| وَأَبْقَى | Huruf ‘wawu’ athaf, isim, marfu’ (rafa’ dengan dhammah) | dan lebih kekal |
| Kalimat Arab dengan harokat | Arti dalam bahasa indonesia |
| وَقَالَ ﷺ إِنَّ الْحِكْمَةَ تَزِيدُ الشَّرِيفَ شَرَفًا وَتَرْفَعُ الْمَمْلُوكَ حَتَّى يُدْرِكَ مَدَارِكَ الْمُلُوكِ (٤) وَقَدْ نَبَّهَ بِهَذَا عَلَى ثَمَرَاتِهِ فِي الدُّنْيَا وَمَعْلُومٌ أَنَّ الْآخِرَةَ خَيْرٌ وَأَبْقَى | Dan bersabda ﷺ: “Sesungguhnya hikmah (kebijaksanaan/ilmu) akan menambah kemuliaan bagi orang yang mulia, dan mengangkat seorang hamba sahaya sehingga ia mencapai kedudukan para raja.” (4) Dan sungguh dengan ini beliau telah mengingatkan tentang buah-buahnya di dunia, dan diketahui bahwasanya akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. |
Penjelasan:
Hadis keempat ini menyoroti dampak praktis hikmah (ilmu dan kebijaksanaan) dalam kehidupan duniawi, yaitu kemampuannya untuk meningkatkan status seseorang.
Imam Al-Ghazali, dalam Ihya’ Ulumiddin, seringkali membahas tentang “hikmah” sebagai puncak dari ilmu. Hikmah bukan sekadar pengetahuan, melainkan pengetahuan yang disertai dengan pemahaman mendalam, kearifan dalam bertindak, dan kemampuan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hadis ini menjelaskan bahwa hikmah memiliki kekuatan transformatif:
- Menambah kemuliaan bagi orang mulia: Orang yang sudah memiliki kedudukan sosial atau kehormatan, ketika ia juga memiliki hikmah, kemuliaannya akan semakin bertambah dan menjadi lebih kokoh. Ilmu akan menyempurnakan dan memperkuat kedudukannya, menjadikannya pemimpin yang lebih adil dan bijaksana.
- Mengangkat hamba sahaya mencapai kedudukan raja: Ini adalah gambaran yang sangat kuat tentang kekuatan ilmu untuk mendobrak batasan sosial dan mengangkat seseorang dari posisi terendah ke posisi tertinggi. Seorang hamba sahaya yang mungkin tidak memiliki kekuasaan, harta, atau status, jika ia memiliki hikmah, ia bisa dihormati, didengar nasihatnya, dan bahkan menjadi penasihat bagi raja-raja. Sejarah Islam banyak mencatat kisah-kisah ulama dari kalangan biasa yang dihormati bahkan oleh para khalifah dan raja.
Al-Ghazali sangat setuju dengan pandangan ini. Beliau menjelaskan bahwa kemuliaan yang diberikan oleh hikmah dan ilmu adalah kemuliaan yang hakiki, bukan semata-mata kemuliaan lahiriah yang bisa hilang kapan saja. Kemuliaan ini berasal dari nilai-nilai spiritual dan intelektual yang tinggi.
Pernyataan terakhir dalam paragraf, “Dan sungguh dengan ini beliau telah mengingatkan tentang buah-buahnya di dunia, dan diketahui bahwasanya akhirat itu lebih baik dan lebih kekal,” adalah komentar dari penulis atau penukil hadis. Ini adalah poin penting yang selalu ditekankan oleh Al-Ghazali. Meskipun ilmu membawa manfaat dan kemuliaan di dunia, tujuan utama pencarian ilmu adalah untuk meraih kebaikan di akhirat. Manfaat duniawi hanyalah sebagian kecil dari pahala ilmu, dan pahala yang abadi di sisi Allah jauh lebih besar dan lebih berharga. Al-Ghazali selalu mengingatkan para penuntut ilmu agar niat mereka lurus, yaitu mencari ridha Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi.