Terjemah Kitab Tsaquful Akhyarin Nahdliyah Qurratul ‘Ain, Faslun 1 Anna al-diina Huwa Syari’atu wa Haqiqatu – Halaman 27 Cetakan 2023.
| Kalimah | Artinya |
| [فَصْلٌ] فِي أَنَّ الدِّينَ هُوَ شَرِيعَةٌ وَحَقِيقَةٌ، وَالْجَمْعَ بَيْنَهُمَا هُوَ طَرِيقَةٌ. | [Pasal] Tentang sesungguhnya agama itu adalah Syariat dan Hakikat, dan menggabungkan keduanya itu adalah Tarekat. |
| أَيُّهَا الْإِخْوَانُ الْكِرَامُ أَصْحَابُ الْفَضْلِ وَالْإِكْرَامِ – كَمَّلَ اللهُ سَعَادَتَكُمْ، وَقَبِلَ مِنْكُمْ عِبَادَتَكُمْ آمِينَ آمِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. | Wahai saudara-saudara yang mulia, pemilik kebaikan dan kehormatan—semoga Allah menyempurnakan kebahagiaan kalian, dan menerima ibadah dari kalian. Aamiin aamiin ya Rabbal ‘alamin (kabulkanlah wahai Tuhan semesta alam). |
| اعْلَمُوا – رَحِمَكُمُ اللهُ تَعَالَى وَإِيَّانَا – أَنَّ أَهْلَ اللهِ الْمُحَقِّقِينَ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ الْعَارِفِينَ بِاللهِ؛ | Ketahuilah—semoga Allah Ta’ala menyayangi kalian dan kami—bahwa sesungguhnya Ahli Allah (orang-orang yang dekat dengan Allah) yang sungguh-sungguh dari kalangan para Wali yang mengenal Allah; |
| أَصْحَابِ الْكَمَالِ وَالْوِصَالِ /٥٤ب/ وَالْإِكْمَالِ وَالْإِتِّصَالِ. | mereka adalah pemilik kesempurnaan dan wushul (sampai kepada Allah), serta penyempurnaan dan hubungan yang tersambung. |
| يَكُونُ مِنْ لَوَازِمِهِمْ كَثْرَةُ الْأَذْكَارِ وَالتَّفَكُّرُ فِي الْأَغْيَارِ طُولَ أَوْقَاتِهِمْ وَسَاعَاتِهِمْ. | Sudah menjadi kebiasaan wajib bagi mereka untuk banyak melakukan zikir dan tafakur (berpikir mendalam) tentang hal-hal selain Allah (makhluk ciptaan-Nya) di sepanjang waktu dan jam mereka. |
| لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا﴾ الآية. | Karena firman Allah Ta’ala: “Ingatlah Allah dengan ingatan (zikir) yang sebanyak-banyaknya” (baca ayat selengkapnya). |
| وَقَوْلِهِ: ﴿فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ﴾ الآية. | Dan firman-Nya: “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (baca ayat selengkapnya). |
| وَقَوْلِهِ: ﴿انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ﴾ الآية. | Dan firman-Nya: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi” (baca ayat selengkapnya). |
| وَلِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((تَذَكَّرُوا… | Dan karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ingatlah kalian…” |
| …فِي آلَاءِ اللهِ، وَلَا تَفَكَّرُوا فِي ذَاتِ اللهِ)). وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((تَفَكُّرُ سَاعَةٍ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ أَلْفِ سَنَةٍ)). | “…tentang ciptaan-ciptaan Allah, dan janganlah kalian berpikir tentang Dzat Allah.” Dan sabda Nabi SAW: “Berpikir sejenak (merenung) itu lebih baik daripada ibadah seribu tahun.” |
| وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنَ الآيَاتِ الكَرِيْمَةِ وَالأَحَادِيْثِ الشَّرِيْفَةِ، يَدُلُّ عَلَى أَنَّ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَالتَّفَكُّرَ فِي الآيَةِ مَطْلُوبٌ. | Dan selain itu, ada banyak ayat mulia dan hadis yang menunjukkan bahwa mengingat Allah Ta’ala dan memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya itu adalah hal yang diperintahkan. |
| وَذَلِكَ يَكُونُ مِنْ لَوَازِمِ أَهْلِ الكَمَالِ وَالإِكْمَالِ الَّذِينَ كَانُوا بِظَاهِرِ الشَّرِيعَةِ مُقَيَّدِينَ، وَبِبَاطِنِ الحَقِيقَةِ مُؤَيَّدِينَ. | Hal itu menjadi keharusan bagi orang-orang yang sempurna, yaitu mereka yang terikat patuh pada aturan Syariat secara lahiriah, dan dikuatkan dengan ilmu Hakikat secara batiniah. |
| وَهَؤُلَاءِ هُمُ المُسَمَّوْنَ بِالإِنْسَانِ الكَامِلِ عِنْدَ المُحَقِّقِينَ مِنْ أَهْلِ التَّحْقِيقِ. | Mereka inilah yang dinamakan Insan Kamil (Manusia Sempurna) menurut para ahli peneliti yang telah mencapai kebenaran. |
| إِذِ العَبْدُ لَا يَكُونُ كَامِلًا إِلَّا إِذَا كَانَ لَهُ ظَاهِرٌ وَبَاطِنٌ. لأَنَّ الظَّاهِرَ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهُ بَاطِنٌ كَانَ بَاطِلًا. | Karena seorang hamba tidak akan menjadi sempurna kecuali jika dia memiliki sisi lahir dan batin. Sebab, sisi lahir jika tidak memiliki sisi batin, maka itu tidak sah (batal). |
| وَكَذَا البَاطِنُ، إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهُ ظَاهِرٌ كَانَ عَاطِلًا. فَالكَمالُ لَيْسَ إِلَّا الجَامِعَ بَيْنَهُمَا وَالحَامِلَ لَهُمَا وَالرَّاكِبَ عَلَيْهِمَا وَالآخِذَ بِهِمَا. وَإِلَّا، فَلَا. | Begitu juga sisi batin, jika tidak memiliki sisi lahir, maka itu kosong (sia-sia). Jadi, kesempurnaan itu hanyalah bagi orang yang menggabungkan keduanya, membawa keduanya, menguasai keduanya, dan mengambil keduanya. Jika tidak begitu, maka tidak sempurna. |
| فَلأَجْلِ ذَلِكَ، اتَّفَقَ العَارِفُونَ بِاللهِ تَعَالَى أَنْ يَقُولُوا: ((كُلُّ شَرِيعَةٍ بِلَا حَقِيقَةٍ بَاطِلَةٌ، وَكُلُّ حَقِيقَةٍ بِلَا شَرِيعَةٍ عَاطِلَةٌ)). | Oleh karena itu, para ahli makrifat (orang yang mengenal Allah) sepakat mengatakan: “Setiap Syariat tanpa Hakikat itu batal, dan setiap Hakikat tanpa Syariat itu sia-sia.” |
| وَقَالُوا أَيْضًا – رَضِيَ اللهُ عَنْهُم: ((مَنْ تَفَقَّهَ وَلَمْ يَتَصَوَّفْ فَقَدْ تَفَسَّقَ. وَمَنْ تَصَوَّفَ وَلَمْ يَتَفَقَّهْ فَقَدْ تَزَنْدَقَ. وَمَنْ تَفَقَّهَ وَتَصَوَّفَ فَقَدْ تَحَقَّقَ)). | Mereka juga berkata—semoga Allah meridhai mereka—: “Barang siapa belajar Fikih tapi tidak belajar Tasawuf, dia bisa menjadi fasik (durhaka). Barang siapa belajar Tasawuf tapi tidak belajar Fikih, dia bisa menjadi zindik (sesat). Dan barang siapa belajar Fikih dan Tasawuf, maka dia benar-benar mencapai kebenaran.” |
| وَهَذَا الجُنَيْدُ البَغْدَادِيُّ سَيِّدُ الطَّائِفَةِ الصُّوفِيَّةِ وَسُلْطَانُهُم – قَدَّسَ اللهُ أَرْوَاحَ الجَمِيعِ – يَقُولُ: ((طَرِيقُنَا هَذَا، يَعْنِي طَرِيقَ التَّصَوُّفِ، مُقَيَّدٌ بِالكِتَابِ وَالسُّنَّةِ)). | Dan inilah Al-Junaid Al-Baghdadi, pemimpin kelompok Sufi dan raja mereka—semoga Allah mensucikan arwah mereka semua—berkata: “Jalan kami ini, yaitu jalan Tasawuf, terikat kuat dengan Al-Quran dan As-Sunnah.” |
| فَافْهَمْ، وَلَا تَبْرَحْ مِنْ هَذَا الْمَقَامِ، تَسْعَدْ سَعَادَةَ الْأَبَدِ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى. | Maka pahamilah, dan jangan pergi dari posisi ini, nanti kamu akan bahagia dengan kebahagiaan yang abadi jika Allah Ta’ala menghendaki. |
| أَمَّا فَهِمْتَ قَوْلَ بَعْضِهِمْ: ((إِنَّ كُلَّ ظَاهِرٍ بِلَا بَاطِنٍ كَالْجَسَدِ بِلَا رُوحٍ، وَكَذَا كُلُّ بَاطِنٍ بِلَا ظَاهِرٍ كَالرُّوحِ بِلَا جَسَدٍ. فَكَمَالُ الْجَسَدِ بِالرُّوحِ، وَكَمَالُ الرُّوحِ بِالْجَسَدِ)). | Tidakkah kamu mengerti perkataan sebagian ulama: “Sesungguhnya setiap hal yang lahir (tampak luar) tanpa batin (isi dalam) itu ibarat tubuh tanpa roh. Begitu juga setiap batin tanpa lahir ibarat roh tanpa tubuh. Jadi, sempurnanya tubuh itu karena adanya roh, dan sempurnanya roh itu karena adanya tubuh.” |
| فَلِأَجْلِ ذَلِكَ، أَنَّهُ يُطْلَقُ اسْمُ الْإِنْسَانِ عَلَى كِلَيْهِمَا. وَلَا يُطْلَقُ اسْمُ الْإِنْسَانِ عَلَى الْجَسَدِ دُونَ الرُّوحِ، كَمَا لَا يُطْلَقُ اسْمُ الْإِنْسَانِ عَلَى الرُّوحِ دُونَ الْجَسَدِ، بِاتِّفَاقِ أَهْلِ الْعِلْمِ وَالْحِكْمَةِ – يَقُولُونَ ذَلِكَ. | Karena alasan itulah, sebutan “Manusia” itu diberikan untuk gabungan keduanya. Nama “Manusia” tidak bisa dipakai untuk menyebut tubuh saja tanpa roh, dan tidak bisa juga dipakai untuk menyebut roh saja tanpa tubuh. Ini sudah disepakati oleh para ahli ilmu dan ahli hikmah—mereka mengatakan demikian. |
| فَالْقَوَاعِدُ التَّحْقِيقِيَّةُ وَالْفَوَائِدُ التَّدْقِيقِيَّةُ أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ لَا يَحْصُلُ إِلَّا بِالشَّيْئَيْنِ. فَيُقَالُ الشَّيْءُ الْأَوَّلُ /١٥٦أ/ بِالْمُقَدَّمِ، وَالشَّيْءُ الثَّانِي بِالتَّالِي، وَالشَّيْءُ الثَّالِثُ بِالنَّتِيجَةِ، وَهُوَ الشَّيْءُ الْحَاصِلُ مِنَ الشَّيْئَيْنِ الْمَذْكُورَيْنِ. فَإِذَا أَرَدْتَ تَحْقِيقَ هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ وَتَفْصِيلَهَا، فَعَلَيْكَ لِكُتُبِ أَهْلِ الْمَنَاطِقَةِ. | Kaidah-kaidah Tahqiqiyyah (yang nyata) dan faedah-faedah yang teliti menjelaskan bahwa segala sesuatu tidak akan berhasil kecuali dengan dua hal. Sesuatu yang pertama disebut Muqaddam (pendahuluan), sesuatu yang kedua disebut Tali (pengikut), dan sesuatu yang ketiga disebut Natijah (hasil/kesimpulan), yaitu sesuatu yang dihasilkan dari dua hal yang disebutkan tadi. Kalau kamu ingin benar-benar memahami masalah ini dan rinciannya, kamu harus membaca buku-buku para ahli logika (Ahli Manatiqah). |
| وَلَيْسَ هَذَا عِنْدَنَا مَقْصُوداً بِالذَّاتِ. وَإِنَّمَا الْمَقْصُودُ بِذَلِكَ يَكُونُ تَشْبِيهاً لِلْمَقَاصِدِ التَّحْقِيقِيَّةِ، وَتَنْبِيهاً لِلْمَشَاهِدِ التَّدْقِيقِيَّةِ. وَإِلَى هَذِهِ الْإِشَارَةِ، أَشَارَ اللهُ تَعَالَى بِقَوْلِهِ: ﴿خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ﴾ الْآيَةَ. | Namun, pembahasan logika ini bukanlah tujuan utama kita. Tujuan pembahasan itu hanyalah sebagai perumpamaan untuk tujuan-tujuan Tahqiqiyyah, dan sebagai pengingat untuk hal-hal yang perlu diperhatikan secara teliti. Isyarat inilah yang ditunjuk oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya: “Kami menciptakan berpasang-pasangan” (Al-Ayah). |
| وَفِي التَّحْقِيقِ، أَنَّ الْمَقْصُودَ الْأَعْظَمَ وَالْمَطْلُوبَ الْأَقْدَمَ هُوَ؛ ظُهُورُ الشَّرِيعَةِ بِالْحَقِيقَةِ وَبُطُونُ الْحَقِيقَةِ بِالشَّرِيعَةِ. وَهُمَا مُتَلَازِمَانِ كَمَا الْتَزَمَ الرُّوحُ مَعَ الْجَسَدِ. | Dan dalam Tahqiq (penelitian yang sebenarnya), tujuan yang paling agung dan yang paling dicari sejak dulu adalah ini: tampaknya Syariat bersama Hakikat, dan tersembunyinya Hakikat di dalam Syariat. Keduanya saling berkaitan erat seperti eratnya hubungan roh dengan tubuh. |
| وَلَا يَنْفَكُّ أَحَدُهُمَا عَنِ الْآخَرِ، بَلْ كَمَا الْتَزَمَتِ الصِّفَةُ مَعَ الذَّاتِ. فَنُقْصَانُ /٥٦ب/ أَحَدِهِمَا لِنَقْصِ الْآخَرِ، كَمَا أَنَّ فَسَادَ أَحَدِهِمَا بِفَسَادِ الْآخَرِ، وَصَلَاحَ أَحَدِهِمَا لِصَلَاحِ الْآخَرِ. | Salah satunya tidak bisa lepas dari yang lain, bahkan seperti melekatnya Sifat dengan Zat. Kekurangan pada salah satunya menyebabkan kekurangan pada yang lain. Begitu juga rusaknya salah satu menyebabkan rusaknya yang lain, dan baiknya salah satu menyebabkan baiknya yang lain. |
| وَذَلِكَ هُوَ طَرِيقُ اللهِ الْمُسَمَّى بِالدِّينِ الْإِسْلَامِيِّ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَامُ﴾ الْآيَةَ. وَهُوَ الطَّرِيقُ الْمُحَمَّدِي وَالصِّرَاطُ الْأَحْمَدِي، الْجَامِعُ بَيْنَ ظَاهِرِ الشَّرِيعَةِ… | Dan itulah jalan Allah yang dinamakan Agama Islam. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam” (Al-Ayah). Dan itu adalah Jalan Muhammadi dan Shirath Ahmadi, yang menggabungkan antara lahirnya Syariat. |
| وَ[بَاطِنُ] الحَقِيقَةِ. [وَفِي الحَقِيقَةِ أَنَّ الشَّرِيعَةَ وَالحَقِيقَةَ] شَيْءٌ وَاحِدٌ لَا غَيْرَانِ مُتَغَايِرَانِ. غَيْرَ أَنَّ الشَّيْءَ الوَاحِدَ لَهُ اعْتِبَارَانِ: | Dan [bagian dalam]-nya adalah Hakikat. [Padahal kenyataannya, Syariat dan Hakikat] itu adalah sesuatu yang satu, bukan dua hal yang berbeda. Hanya saja, sesuatu yang satu itu bisa dilihat dari dua sudut pandang. |
| [الأَوَّلُ] اعْتِبَارُ ظَاهِرِهِ، وَهُوَ المُسَمَّى بِظَاهِرِ الشَّيْءِ، وَيُقَالُ فِيْهِ أَيْضًا صُورَتُهُ وَجَسَدُهُ وَشَكْلُهُ؛ | [Yang Pertama] adalah melihat dari sisi luarnya, inilah yang disebut bagian luar (zahir) sesuatu. Bagian ini juga sering disebut sebagai gambar, badan, atau bentuknya. |
| وَ [الثَّانِي] اعْتِبَارُ بَاطِنِهِ، وَهُوَ المُسَمَّى بِبَاطِنِ الشَّيْءِ، وَيُقَالُ فِيْهِ أَيْضًا مَعْنَاهُ وَرُوْحُهُ وَمِثَالُهُ. | Dan [Yang Kedua] adalah melihat dari sisi dalamnya, inilah yang disebut bagian dalam (batin) sesuatu. Bagian ini juga sering disebut sebagai makna, roh, atau perumpamaannya. |
| كَمَا أَنَّ الشَّرِيعَةَ صُورَةُ الحَقِيقَةِ، وَالحَقِيقَةَ مَعْنَى الشَّرِيعَةِ. وَمَجْمُوْعِيَّتُهُمَا هُوَ المُسَمَّى بِالطَّرِيقَةِ المُسْتَقِيمَةِ، الَّتِي كَانَتْ إِحْدَى جَنَاحَيْهَا شَرِيعَةً، وَالأُخْرَى حَقِيقَةً. فَافْهَمْ. | Sebagaimana Syariat itu adalah gambaran dari Hakikat, dan Hakikat adalah makna (isi) dari Syariat. Gabungan keduanya itulah yang disebut Thariqah Mustaqimah (Jalan yang Lurus), yang salah satu sayapnya adalah Syariat dan sayap lainnya adalah Hakikat. Pahamilah ini. |
| وَلَا تَظُنَّنَّ أَنَّ الشَّرِيعَةَ غَيْرُ الحَقِيقَةِ، وَالحَقِيقَةَ غَيْرُ الشَّرِيعَةِ عِنْدَ المُحَقِّقِينَ أَصْحَابِ القُلُوْبِ الصَّافِيَةِ مِنْ أَهْلِ اللهِ العَارِفِينَ بِهِ تَعَالَى. وَإِنَّمَا الغَيْرِيَّةُ بَيْنَهُمَا هُنَا بِاعْتِبَارِ الإِسْمِ وَالرَّسْمِ فَقَط، [لَا غَيْرُ]. | Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa Syariat itu bukan Hakikat, atau Hakikat itu bukan Syariat menurut para pencari kebenaran sejati yang memiliki hati bersih, yaitu orang-orang yang dekat dan mengenal Allah Ta’ala. Perbedaan di antara keduanya di sini hanyalah soal nama dan sebutan saja, [tidak lebih]. |
| فَإِذَا عَسُرَ عَلَيْكَ فَهْمُ ذَلِكَ، فَنَضْرِبُ لَكَ فِي الجُمْلَةِ ضَرْبَ المَثَلِ، يَكُونُ تَقْرِيْبًا لِفَهْمِكَ. | Jika kamu merasa sulit memahami hal itu, maka kami buatkan sebuah perumpamaan sederhana untukmu, supaya lebih mendekatkan pemahamanmu. |
| مِثَالُ ذَلِكَ: أَنَّ (زَيْدًا) هُوَ شَخْصٌ وَاحِدٌ. غَيْرَ أَنَّ لَهُ اليَمِينَ وَالشِّمَالَ. وَاليَمِينُ هَذِهِ غَيْرُ هَذِهِ الشِّمَالِ. إِسْمًا وَرَسْمًا فَقَط. وَاليَمِينُ يَمِينُ زَيْدٍ، وَالشِّمَالُ شِمَالُ زَيْدٍ. وَيُطْلَقُ اسْمُهُمَا [وَرَسْمُهُمَا] عَلَى ذَاتِ شَخْصٍ وَاحِدٍ، وَهُوَ ذَاتُ (زَيْدٍ). فَافْهَمْ إِنْ كُنْتَ ذَا فَهْمٍ. | Contohnya begini: Sesungguhnya (Zaid) itu adalah satu orang. Tapi, dia punya sisi kanan dan sisi kiri. Sisi kanan ini tentu berbeda dengan sisi kiri. Bedanya hanya pada nama dan gambarnya saja. Kanan itu adalah kanannya Zaid, dan kiri itu adalah kirinya Zaid. Nama [dan bentuk] keduanya tetap merujuk pada satu orang yang sama, yaitu diri si (Zaid). Pahamilah jika kamu memiliki pemahaman. |
| فَإِنَّ بَيْنَ الشَّرِيعَةِ وَالحَقِيقَةِ كَانَتْ نِسْبَتُهُمَا هَكَذَا: فَالشَّرِيعَةُ عَيْنُ الحَقِيقَةِ، وَالحَقِيقَةُ عَيْنُ الشَّرِيعَةِ. وَمَجْمُوْعِيَّتُهُمَا هُوَ المُسَمَّى بِالطَّرِيقَةِ المُحَمَّدِيَّةِ، وَهُوَ الصِّرَاطُ المُسْتَقِيمُ الَّذِي كَانَ الأَنْبِيَاءُ وَالأَوْلِيَاءُ مَاشِيِيْنَ عَلَيْهِ. فَتَفَطَّنْ كَمَا أَنَّ اليَمِينُ يَمِينُ زَيْدٍ، وَالشِّمَالُ شِمَالُ زَيْدٍ. وَمَجْمُوْعِيَّتُهُمَا… | Jadi, hubungan antara Syariat dan Hakikat itu seperti ini: Syariat itu sejatinya adalah Hakikat, dan Hakikat itu sejatinya adalah Syariat. Gabungan keduanya disebut Thariqah Muhammadiyah (Jalan Nabi Muhammad), itulah Jalan Lurus yang dilalui oleh para Nabi dan Wali. Maka sadarilah, sebagaimana tangan kanan adalah kanannya Zaid, dan tangan kiri adalah kirinya Zaid. Dan gabungan keduanya… |